Berkhidmat pada isteri
Berkhidmat pada isteri
Salah satu ibadah yang paling besar di dalam Islam adalah berkhidmat kepada isteri.
Rasulullah bersabda, “Duduknya seorang lelaki dengan isterinya kemudian
membahagiakan isterinya, pahalanya sama dengan orang yang itikaf di masjidku.”
Kita dapat saksikan para jemaah haji ketika tinggal selama seminggu di sana mereka
berusaha melakukan itikaf dengan sebaik-baiknya di masjid Nabawi. Kita akan
memperoleh pahala yang sama seperti itikafnya para jamaah haji kalau kita duduk
bersama isteri dan berusaha membahagiakan, memberikan ketenteraman dan
keselesaan kepadanya.
Begitu pula bagi para isteri. Mereka haruslah menjadi seorang isteri seperti Khadijah
Al-Kubra. Khadijah adalah sosok isteri yang sangat dicintai oleh suaminya. Selama
Rasulullah menikah dengannya, Rasulullah tidak pernah memikirkan the other
women beside her, wanita lain di samping Khadijah. Rasulullah hidup dalam
suasana yang penuh dengan kecintaan dan kasih sayang.
Cinta kasih Nabi terhadap Khadijah tergambar dalam riwayat berikut ini: Setelah
Khadijah meninggal dunia, Rasulullah menikah dengan Aisyah. Suatu hari
Rasulullah sedang berada di depan rumah. Tiba-tiba Rasulullah meninggalkan
Aisyah menuju kepada seorang perempuan. Rasulullah memanggilnya dan
menyuruh perempuan itu duduk di hadapan-nya kemudian mengajaknya berbicara.
Aisyah bertanya, “Siapakah perempuan tua ini?” Rasulullah menjawab, “Inilah
sahabat Khadijah dulu.” Lalu Aisyah berkata, “Engkau sebut-sebut juga Khadijah
padahal Allah telah menggantikannya dengan isteri yang lebih baik.”
Ketika itu marahlah Nabi sampai bergoncang rambut di atas kepalanya. Lalu beliau
berkata, “Demi Allah, tidak ada yang dapat menggantikan Khadijah. Dialah yang
memberikan kepadaku kebahagiaan ketika orang menghinaku. Dialah yang
menghiburku dalam penderitaan ketika semua orang membenciku. Dialah yang
memberikan seluruh hartanya kepadaku ketika semua orang menahan
pemberiannya. Dan dialah yang menganugerahkan kepadaku anak ketika isteri-isteri
yang lain tidak memberikannya. ” Mendengar itu Aisyah tidak dapat memberikan
jawaban. Hadis ini diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim.
Dalam ucapan Rasulullah itu, selain terkandung kecintaan Rasul terhadap Khadijah,
juga terkandung kebaktian Khadijah terhadap suaminya. Khadijahlah yang
menghibur suaminya ketika dalam perjuangan dilanda berbagai penderitaan.
Khadijahlah yang mengorbankan seluruh hartanya ketika suaminya memerlukan.
Khadijahlah yang mendampingi suaminya dalam suka dan duka. Sehingga Rasul
berkata, “Tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan Khadijah.”
Kepada para isteri, jadilah seperti Khadijah yang setiap saat rela mengorbankan apa
pun demi kebahagiaan suami. Yang di saat-saat suami ditimpa duka dan kesusahan
siap berdiri di sampingnya, memberikan hiburan dan kebahagiaan kepadanya
dengan seluruh jiwa dan raga.
Kebaktian kepada suami di dalam Islam dianggap ibadah yang utama. Sampai
Rasulullah bersabda, “Kalau seorang perempuan memberikan setitis minum kepada
suaminya atau memindahkan barang dari rumahnya ke tempat yang lain untuk
membahagiakan suaminya, maka pahalanya sama dengan melakukan ibadah satu
tahun.”
Oleh sebab itu, hormatilah suami. Berikan kepadanya penghormatan yang
sepenuhnya dan berikanlah kecintaan yang sepenuhnya. Insya Allah, Tuhan akan
berkati keluarga yang seperti demikian.

Comments
Post a Comment